AHAD itu sekira pukul 07.00 WIB. Semua peserta helat budaya dengan tema ‘’Menghulu Bokor Muliakan Nilai’’ yang terdiri dari kelompok seni dari berbagai daerah di Riau serta negara tetangga seperti Malaysia dan Thailand berkumpul di pelabuhan kecil kampung Bokor untuk memulai petualangan. Sebuah perjalanan yang diberi nama wisata sungai menuju lokasi Mate Suruk (mata air yang tak pernah kering-demikian warga tempatan mempercayainya) yang akan ditempuh selama kurang lebih satu jam dengan bersampan-sampan ria.
Pagi yang cerah. Semua peserta terlihat tidak sabar untuk memulai perjalanan. Apalagi wisata sungai yang dimaksud jarang sekali dilaksanakan, meski Riau merupakan negeri yang dianugerahi sungai-sungai besar seperti Sungai Siak, Indragiri, Rokan dan Kampar. Bahkan setiap negeri, baik kawasan daratan maupun kepulauan/pesisir memiliki sungai masing-masing yang menjadi sumber penghidupan masyarakat pendukungnya. Salah satu sungai itu adalah Sungai Bokor nan eksotik dengan apitan hutan bakau yang lebat.
Belasan perahu yang sudah dipersiapkan terombang-ambing dimainkan riak kecil, diciptakan angin di tepian sungai, disela-sela raungan mesin kapal kayu. Beberapa warga kampung juga terlihat sibuk mengangkat barang dagangannya untuk dibawa dengan kapal tersebut. Barang-barang dagangan berupa durian, manggis, cempadak dan sebagainya itu segera diangkut ke Selatpanjang untuk dijajakan. Buah-buah nan ranum itu tentunya mengundang selera semua peserta Bokor Riviera karena mereka juga hendak diajak langsung memetik buah di kebunnya.
Ketidaksabaran itu terlihat saat mereka dipersilahkan pedayung menaiki perahu yang akan mereka kemudikan. Langkah bergegas dan saling berebutan menjadi pemandangan yang menggelikan. Ditingkah pula dengan tawa riang sesama mereka untuk bisa berada di satu perahu karena hanya berkapasitas untuk 5-6 orang saja. Bahkan belasan anak seusia sekolah dasar (SD), yang juga menjadi salah satu peserta Fiesta Bokor Riviera terlihat tak mau ketinggalan dan menaiki perahu dengan gembira. Satu persatu, sampan pun di kayuh, meninggalkan hiruk-pikuk pelabuhan kecil tersebut.
‘’Ini baru namanya berwisata. Kita dibawa menyusuri sungai untuk menikmati alam Bokor yang eksotik. Sungguh ini sebuah perjalanan yang bagi saya sangat menyenangkan. Ini konsep wisata alam disenangi banyak wisatawan, terutama wisatawan manca negara,’’ ulas Pimpinan PT FIK Tour and Travel, Ake Rahayu, salah satu pihak travel agen yang ambil bagian pada helat budaya itu.
Mendengar ungkapan yang melompat begitu saja dari mulut Ake, salah seorang pemandu perjalanan, Atoy langsung menimpali, ‘’Ini baru awal dan nanti kita akan masuk jauh ke dalam anak-anak sungai yang menusuk ke ceruk-ceruk hutan bakau. Akan tambah menyenangkan. Belum pernah kan?’’ katanya menantang, sembari menunjuk satu rumah batu bercat putih yang disebutnya sebagai tempat pengasingan orang-orang penyakit kusta yang sudah disana sejak zaman Jepang.
Beberapa ekor beruk/monyet bergelantungan di dahan-dahan bakau, berteriak-teriak lantang seakan menyambut para wisatawan dengan keramahannya. Burung elang dan lainnya terlihat terbang rendah dan sesekali hinggap di ranting-ranting. Suasana itu menambah keceriaan pagi yang damai. Keceriaan itu kian bertambah mengasyikkan saat perahu yang membawa anak-anak tadi bernyanyi dan melepas tawa keluguannya.
Seakan tidak terbersit di benak mereka bahwa perjalanan itu, meski menyenangkan juga sewaktu-waktu menyimpan bahaya. Apalagi tidak satupun dari mereka yang bisa berenang, jika perahu oleng atau terbalik. Namun semua ketakutan itu seakan terabaikan begitu saja.
‘’Tak lama lagi, kita akan masuk ke anak sungai untuk mencapai Mate Suruk. Di ujung anak sungai itu nanti kita akan sampai ke tujuan utama kita, kebun durian. Hari ini kita akan berpesta durian Bokor sepuasnya,’’ tambah Atoy.
Benar saja, satu persatu perahu memasuki anak sungai yang dimaksudkan. Makin lama, anak sungai itu makin mengecil bahkan hanya bisa dilalui satu perahu saja. Belasan perahu pun berjejer, mengikuti lekuk-lekuk sungai berair payau tersebut. Semakin kecil lintasannya, semakin sulit perjalanan itu ditempuh. Ditambah lagi air yang kian dangkal dengan akar bakau yang melintang kesana-kemari. Wajah-wajah yang ceria tampak tegang. Namun hanya beberapa saat, meski dengan susah payah sampai juga ke tujuan. ‘’Untung saja air masih pasang, jadi kita bisa berkayuh. Kalau surut, terpaksa kita berjalan di atas lumpur,’’ teriak salah seorang pendayung perahu lainnya.
Sesampainya ke lokasi, semua yang ada di atas perahu melompat ke air sungai sedalam lutut orang dewasa. Wajah keceriaan mulai terpancar saat menyaksikan puluhan pohon durian dengan buah yang bergantungan di ujung-ujung ranting. Bahkan tawa mereka kian merekah saat melihat ratusan durian, manggis dan cempedak diletakkan begitu saja di atas sebuah meja untuk segera di santap bersama.
Ketua Panitia Fiesta Bokor Riviera, Sopandi SSos menjelaskan, transaksi di kebun durian itu mencapai Rp4 juta dan masyarakat benar-benar terbantu karenanya. Sehingga mereka tidak perlu lagi, mengangkut dagangannya ke Selatpanjang sekitarnya untuk dijual. ‘’Inilah yang kami inginkan. Kampung kami dikenal kian luas dengan berbagai kekayaan yang dimilikinya. Kalau tidak kami mulai sekarang kapan lagi,’’ ulasnya menegaskan.
Lebih menarik lagi, saat kembali ke pelabuhan Bokor di sore harinya, warga Bokor sekitarnya tampak memadati tepian sungai. Mereka terlihat antusias menyaksikan lomba lari di atas tual sagu yang berjejer dipermukaan sungai. Seru, kocak dan menyenangkan. ‘’Ini salah satu dari agenda kita. Lomba lari di atas tual sagu yang tidak dilaksanakan di daerah lain,’’ tambah Sopandi.
Pesta Budaya yang Melenakan
Sebagai salah satu daerah kepulauan, Kabupaten Kepulauan Meranti memiliki kearifan yang luar biasa dan sampai hari ini belum semua kearifan-kearifan tersebut yang terkelola dan terpublikasi secara baik. Sungai Bokor misalnya. Sungai yang berada di Pulau Rangsang ini menyimpan banyak sekali catatan sejarah dan kejayaan peradaban Melayu masa lampau yang sampai saat ini belum terlestarikan.
Fiesta Bokor Riviera 2011 ini sendiri dilaksanakan Dewan Kesenian Kepulauan Meranti bekerja sama dengan Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kabupaten Kepulauan Meranti di Desa Bokor, Kecamatan Rangsang Barat. Sebuah kawasan terbaik di hulu Sungai Bokor.
Lokasinya bisa ditempuh menggunakan kapal kayu atau pompong dengan jarak tempuh sekitar 40-45 menit dari pelabuhan Kota Selatpanjang. Selain dua institusi di atas, pelaksanaan helat budaya level Asean tersebut juga tidak lepas dari peran serta Budayawan Riau, Yusmar Yusuf selaku penggagas dan Sanggar Bathin Galang sebagai pelaksana kegiatan.
Kerja sama yang baik antara semua pihak tersebut menjadi faktor utama suksesnya pelaksanaan Fiesta Bokor Riviera 2011 lalu. Kegiatan ini bertujuan untuk menumbuh-kembangkan minat dan bakat para insan seni dalam memahami dan melestarikan budaya, sekaligus untuk membuka wawasan terhadap seni kekinian. Dialog antara seni musik, teater, sastra dan semacamnya ini jelas akan meningkatkan daya apresiasi masyarakat. Paling tidak, kegiatan ini dapat menjadikan Kepulauan Meranti secara umum sebagai salah satu pusat kebudayaan Melayu di Riau. Secara otomatis, kegiatan ini dapat pula meningkatkan perekonomian masyarakat tempatan.
Sebagai sebuah upaya positif, baik untuk mengembangkan kebudayaan Melayu, maka pada sore harinya berbagai permainan rakyat pun digelar. Lebih menarik dan ditunggu-tunggu tentu saja menampilan grup-grup seni, baik tradisi maupun modren dari berbagai daerah Riau dan negara tetangga di atas panggung utama di lapangan sepakbola Bokor. Selain komunitas lokal seperti Sanggar Bathin Galang, tampil pula dua grup tradisi suku Akit dengan Joget Sonde dan Kedubang. Tidak ketinggalan grup asal Malaysia dengan Fauziah Gambus serta grup Thaisawan Songkla asal Thailand.
Ribuan orang yang memadati lapangan pada malam harinya benar-benar mendapatkan tontonan luar biasa. Bahkan Bupati Kabupaten Kepulauan Meranti, Irwan Nasir tak dapat menahan diri untuk naik ke atas panggung dan bernyanyi. Penonton juga dibuat ter pingkal-pingkal menyaksikan penampilan drama anak-anak asal Sanggar Keletah Budak Pekanbaru yang membawakan cerita Batang Tuaka (cerita rakyat Inhu) dengan pola pemanggungan teater tradisi Melayu Mak Yong. Pembacaan puisi oleh penyair Samson Rambah Pasir (Kepri) dan Jefri al Malay (Bengkalis).
Masih banyak lagi penampilan-penampilan grup seni dari berbagai daerah yang tentunya memberikan hal baru bagi masyarakat tempatan dan sekitarnya.
‘’Sebelumnya kampung kami ini sepi dari pesta-pesta semacam ini dan kami sangat suka. Ditambah lagi, kami bisa berjualan dan mendapatkan penghasilan lebih,’’ ungkap salah seorang Kepala Rukun Tetangga (RT) di kampung itu M Yazid.
Kemasan kegiatan digelar secara alami dan ratusan peserta undangan tidak diinapkan di hotel melainkan di rumah-rumah warga. Pola home stay semacam ini juga cukup baik sehingga antara peserta dan warga dapat saling berinteraksi secara alami pula.
‘’Agenda budaya dan wisata semacam ini sangat menjanjikan dan perlu menjadi perhatian kita bersama. Namun masih banyak hal yang perlu ditingkatkan lagi seperti memaksimalkan sarana-prasarana angkutan dan semacamnya,’’ jelas Ake Rahayu yang mengaku sangat terpukau dengan alam Bokor.
Kades Sonde, T Hasan yang bertindak sebagai Pimpinan Grup Joget Sonde sangat bersyukur dengan adanya kegiatan tersebut. Paling tidak, kelompok seni Suku Akit yang dibinanya sejak 1970-an itu bisa tampil sepanggung dengan grup-grup daerah lain, bahkan negara tetangga.
‘’Kami sangat berterima kasih pada panitia acara yang mau mengundang kami dalam kegiatan ini. Kami berharap tahun depan, kegiatan serupa tetap dilaksanakan. Minimal, kegiatan ini membuat usia Joget Sonde kian bertambah,’’ terangnya.
Pada penutupan acara, Bupati Kepulauan Meranti, Irwan Nasir menegaskan, pemerintah kabupaten sangat berbangga hati atas pelaksanaan kegiatan Fiesta Bokor Riviera ini dan mendukung penuh agar kegiatan tersebut menjadi agenda tahunan. Tidak hanya itu, Irwan juga mendorong kampung-kampung lainnya untuk melakukan hal serupa sehingga kebudayaan Melayu dan pariwisata bahari di daerah itu dapat mendatangkan banyak wisatawan dari berbagai daerah dan negara. Paling tidak, helat budaya ini dapat meningkatkan perekonomian masyarakat tempatan.
‘’Kami mencanangkan Bokor menjadi kampung wisata dan berharap terus membenahi berbagai kekurangannya. Pemerintah akan men-support agar kegiatan ini terus dilaksanakan setiap tahunnya dan diikuti oleh kampung-kampung disekitarnya,’’ ungkapnya panjang lebar.
Pernyataan serupa juga dilontarkan Kadis Kebudayaan dan Pariwisata Riau, RM Yamin. Dikatakannya, sebagai negeri yang berazam menjadi pusat kebudayaan Melayu di Asia Tenggara, Riau perlu memperbanyak kegiatan-kegiatan serupa. Sehingga program pembinaan masyarakat benar-benar sampai ke masyarakat paling bawah. Karenanya, Yamin meminta semua pihak untuk saling mendukung agar terwujudnya hal tersebut.
‘’Tanpa dukungan masyarakat, pemerintah tidak -bisa berbuat apa-apa. Sinergi pemerintah, berbagai pihak termasuk swasta sangat diharapkan,’’ tambahnya meyakinkan disela-sela kegiatan yang bertepatan dengan musim buah tersebut.
Bokor nan Eksotik
Ransang adalah pulau yang unik di Kepulauan Meranti. Jika Merbau dijuluki tanah tua, maka Ransang adalah tanah embun di Negeri Fajar tersebut. Kalau di Pulau Tebing Tinggi kita banyak menemukan ikon negeri itu yakni sagu, di Ransang tak hanya ada rumbia, tapi lebih dari itu.
Jika kita berjalan ke kampung-kampung lainnya di sekitar Bokor, maka lintasan-lintasan pemandangan yang dijumpai sungguh menyentuh dawai perasaan atau hati. Ada kebun getah, kelapa, kopi, pinang, kakao, saka, hingga taman padi yang permai diselingi panggung-panggung kecil tempat beristirahat. Kebun-kebun ini silih berganti dan kadang menyatu dalam sebuah komposisi yang unik ibarat sebuah lukisan. Di Ransang, kita merasakan nafas Meranti yang berbeda.
Pohon buah-buahan pun begitu mudah dijumpai. Mulai dari yang biasa seperti cempedak, manggis, jambu, langsat dan duku, hingga buah-buahan rimba yang sudah mulai langka seperti tampui, buah kundang (mirip anggur), paye (seperti salak tapi lebih kecil), pulas, lekop, sentul, semprung (seperti duku tapi agak besar) dan lain sebagainya. Batang-batang durian raksasa tumbuh di mana-mana, tinggi menjulang, menjilat angkasa. Belum lagi ada kebun durian tua di hulu sungai serta keindahan hutan bakau (mangrove) yang memukau.
‘’Jadi, selain menyajikan beberapa kegiatan dalam Fiesta Bokor Riviera seperti puisi, teater, lomba lukis, seni tari dan seni musik, para pengunjung juga dapat menikmati buah-buahan dan keindahan Bokor ataupun desa-desa lain di Pulau Ransang,’’ tutur Pandi yang juga giat menyiarkan helat ini di grup facebook, Fiesta Bokor Riviera. nwr-rpc****(fotonya ada di bawah)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar